Hati-Hati Beli Obat di Apotek, Jangan Mau Ditipu!
Dalam
seminggu terakhir, beberapa kali saya harus membeli obat di apotek.
Beberapa obat yang saya beli merupakan obat bebas, maksudnya bisa
dibeli tanpa harus punya resep dokter, lainnya merupakan obat keras
yang harus punya resep dokter. Tapi saya bisa membeli semua obat
tersebut dengan bebas, tanpa sama sekali ditanya, apakah saya dokter
atau bukan. Hal ini menarik karena seharusnya obat keras wajib punya
resep dokter, tidak boleh dijual bebas. Tapi tahulah indonesia,
semuanya boleh, asal punya uang. Baiklah, lupakan saja dulu tentang
kebebasan membeli obat keras di negeri ini, karena ada hal menarik
lain yang saya temukan saat membeli obat tersebut, oh ya, ini bukan
di apotik yang sama ya, tapi lain-lain apoteknya.
Nah,
ceritanya saat menayakan obat generik, mereka selalu menawarkan obat
paten. Alasannya karena obat tesebut lebih bagus, padahal setelah
saya cek kandungan obatnya, semuanya sama, hanya beda nama mereka dan
produsennya. Ketika saya tanya “kenapa ibu bulang ini lebih bagus?”
(sambil nunjuk ke obat paten), mereka menjelaskan kalau obat ini
lebih mahal, jadinya lebih bagus. Tentu saja jawaban mereka membuat
saya senyum-senyum sendiri, karena walau saya bukan ahli farmasi,
saya tahu sedikit banyak tentang obat, mekanisme kerjanya, dan
sebagainya. Melihat saya senyum, merekapun berlalu, langsung bicara
dengan temannya, seolah-olah percakapan dengan saya gak pernah
terjadi. Di apotik lain, ada juga yang nanya lagi, “kalau
generiknya gak ada gimana pak”?, tentu saya jawab “harus ada atau
saya ke apotik lain”, jawab saya singkat. Saya jawab “harus ada
disini” karena saya tahu itu obat generik bebas yang harganya
sangat murah dan “musti harus ada” di setiap apotik besar di
Indonesia. Mendengar jawaban ini, mereka lagi-lagi langsung pergi,
seperti tadi.
Nah,
kenapa saya kekeuh dengan obat generik? Tidak mau “dibodohi”
untuk beli obat paten? Karena kata guru farmakologi saya dulu,
“selama kandungannya sama, seharusnya efektifitas obatnya juga
sama, kecuali ada zat lain yang ditambahkan kedalam obat paten
tersebut” jelasnya. Kenapa pula harus generik? Karena seperti yang
saya sebutkan tadi, harganya jauh lebih murah, setidaknya
terjangkaulah untuk orang kita. Contohnya obat yang saya beli tadi,
yang generik “hanya” 40-an ribu, sedangkan yang paten harganya
bisa ratusan. Jadi kalau besok-besok diresepkan obat generik oleh
dokter, pastikan yang dibeli obat generik, jangan mau diganti obat
paten oleh apoteker. Kalau alasanyaa obat generik tersebut “gak
ada”, atau “sudah habis”, maka tinggal beli saja di apotek
lain. Gampang kan?
Nah, cara “mengakali” yang lain adalah dengan langsung memberikan
obat paten, meskipun obat generiknya ada. Itu saya alami kemarin,
ketika saya minta obat generik, mereka langsung menyadarkan obat
bermerek, dengan pesan “ini lebih bagus pak”. Karena dari situ
saya bisa melihat kalau mereka punya obat generik, jadinya saya hanya
minta obat generik saja. Respon mereka ketika saya tanya “kenapa
ini lebih bagus”, respon mereka lagi-lagi sama seperti diatas.
Nah,
pesan dari tulisan ini, sekali lagi pastikan anda membeli obat yang
diresepkan, bahkan dengan dokterpun, mintakan agar diresepkan obat
generik, jika memang obat generiknya sudah tersedia. Lain ceritanya
kalau obat tersebut masih dalam bentuk paten, sehingga mau gak mau
kita harus membeli obat tersebut.
Ingat,
kalau kita tidak mau bertindak jujur, selamanya kita akan dibodohi,
sekian.
Wah gitu mas ya... sekali lagi alasan uang yang membuat mereka kaya gitu
ReplyDeleteIya, kalau sudah uang didepan, akal sehat suka hilang, entah bagaimana nanti nilai2 kemanusiaan..
Delete