Wisata Pantai Tebing Bukit Lamreh: Cantik Sih, Tapi Mahal di Ongkos
Pantai Tebing Aceh Besar |
Namanya pantai tebing, disebut demikian mungkin karena tebingnya yang
terjal, disambut dengan laut hijau dibawahnya, iya hijau yang tidak begitu
berisik, tidak begitu berombak, kombinasi suasana yang luar
biasa. Kalau hanya foto yang dilihat, orang mungkin akan mengira kalau
pemandangan itu adanya di Raja Ampat, atau di Thailand sana. Padahal pantai ini
terletak berseberangan dengan pantai pasir putih, pantai yang sudah cukup
terkenal buat pencinta pantai di Aceh, atau bahkan di Indonesia.
Jika pantai pasir putih sudah beberapa kali saya kunjungi, bahkan jauh
sebelum pantai tersebut dikenal di dunia maya atau di dunia nyata, jauh sebelum
banyak yang jualan atau penjaga pemungut tiket yang standbye disana, jauh
sebelum jalannya mulus diaspal seperti sekarang. Saat kesana pertama sekali
kesana, kami harus melewati bukit terjal, melewati kampong orang yang dijalan
setapak banyak bunga ditepi jalan (baca, taik lembu), dan saat itu taka da pengunjung
lain selain kami, konon lagi penjual makanan atau penjual tiket, masih alami,
masih perawan, dan itu lebih dari 10 tahun yang lalu.
Dan kemarin, kami berkunjung ke pantai yang terletak tepat disampingnya, pantai tebing.
Sebenarnya sudah penasaran dengan pantai ini sejak beberapa waktu lalu, saat
anak-anak muda yang hobi exploring daerah baru pergi kesana, dan memuat fotonya
di media sosial, namun ya karena sekarang statusnya adalah pekerja, bukan
mahasiswa seperti dulu, jadinya untuk pergi-pergi seperti ini harus curi-curi
waktu. Singkat cerita berangkatlah saya dengan teman seperjuangan yang memang
juga exploring kesana.
Berangkat dari Banda Aceh ke
Arah Krueng Raya, sempat mampir di neuheun untuk isi bensin, dan menyeberang ke
jembatan gantung untuk sekedar potret-potret, pemandangan cukup bagus di pagi
itu, meski cuaca kurang cerah alias berawan.
Pemandangan di Neuheun |
Dari sana langsung bergerak ke
Arah malahayati, sampai dibukit sempat mampir, untuk memotret pelabuhan
malayati yang mati suri, tanpa ada aktivitas bongkar muat sama sekali, padahal
peti kemas dan crane untuk mengangkat barang ke kapal sudah ada disana, sayang
oh sayang, ini buktinya.
Pelabuhan Malahayati yang Mati Suri |
Selesai dari sana, baru menuju
ke pantai tebing, dan kami disambut dengan tulisan ini.
Jalan Masuk Pantai Tebing |
Setelah membayar uang masuk 10
ribu, yang tidak ada karcis karena bukan sabtu minggu katanya (jadi uangnya
lari ke siapa? Ini jatah preman atau apa? Malas nanya) motor kamipun masuk
kedalam, melewati bukit-bukit yang jalannya dibuat seadanya. Beberapa kali saya
harus turun dari motor, karena memang gak sanggup mendaki kalau dinaiki dua
orang sekaligus.
Harus turun dari motor
Turun Lagi |
Sebelum sampai ke bukit
tebing, kami belok kiri dulu, karena ada bukit kecil yang kami gak tau apa
namanya, tapi pemandangan kebawah dari sana cukup indah, ini buktinya.
Dijamin, pakai kamera biasa pun bakal bagus hasilnya |
Pemandangan pantai tanpa nama |
Setelah puas berfose disana,
baru kami menuju ke bukit tebing sebenarnnya. Dan begitu kami mau masuk,
seorang pemuda dengan gaya sedanya (dan bau rokok) mendekat, minta uang parkir
5000, what? Tadi didepan kan sudah bayar? “itu uang masuk bang, ini uang parkir”
sebutnya seenaknya. “trus kami parkir dimana, secara ini kan hutan, gak ada
orang lain lagi, Cuma kami pengunjung hari itu, “dimana saja boleh bang”
sebutnya seraya pergi, setelah uang 5000 berpindah ke tangannya. Hom lah.
Biarlah kesal sementara,
karena belum sampai ke pantai sudah 15 ribu melayang, kalau semuanya jelas
bolehlah, maksudnya ada tiketnya, dan jelas retribusi ini digunakan untuk apa,
ini tampaknya tak lebih dari uang preman dari pemuda setempat, sudahlah.
Baiklah, lupakan uang 15 ribu,
ini pemandangannya.
Meski sempat kesal dengan uang
masuk yang kelwat mahal dan gak jelas ke siapa larinya, tpin pemandangan yang
cukup memuaskan. Semoga yang membaca tulisan ini bisa menyampaikan ke pihak
berwenang, agar pungli seperti ini ditertibkan. Bahkan kalau mau bisa dibuat
peraturan, kalau mau masuk tapi Cuma diminta uang tanpa ada karcis, gak usah
bayar, karena bisa dipastikan itu adalah pungli.
Semoga besok-besok kalau ada
yang mau masuk, semuanya bisa jelas, jalannya juga sudah diperbaiki, tempat
sampah juga disediakan, gak jorok dan merusak pemandangan. Itu saja.
Pantainya bagus tapi, untuk ke sana harus melalaui jalannan yang agak miris sih melihatnya, infrastruktur jalan saja masih rusak
ReplyDeleteIya, secara ini pantai masih baru "ditemukan", jadi cukup wajar jika jalannya belum ada. Semoga kedepan bisa dibuat lebih baik
DeletePantai Tebing itu kayak di bukit Lamreuh ya.
ReplyDeleteIya, disamping pasir putih
DeleteCantik pantainya mba,,, huhu sy blm pernah ke Aceh,, pingin jg sih suatu saat, mdh2an dlm waktu dekat ya,,
ReplyDeleteIya, ditunggu ya di Aceh
Deleteteringin sekali mau ke Aceh
ReplyDelete