Gangguan Kepribadian
“Tadi didepan kok baik sekali, giliran di belakang ngomongnya sudah lain, kok bisa ya?” begitu keluhan seorang sahabat terhadap prilaku kawannya yang selalu baik didepan tapi “menghujat” dibelakang. Saya sendiri entah berapa kali sudah berhadapan dengan orang seperti itu, mereka seperti tak pernah sadar dengan muka dua-nya.
Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah itu termasuk gangguan jiwa?, jawaban singkat nya “bisa jadi”, karena untuk memastikan bahwa ia mengalami gangguan kepribadian, butuh pemeriksaan lebih lanjut. Jika seseorang terus menerus bermuka dua, baik didepan dan buruk dibelakang, dilakukan dengan penuh kesadaran tetapi dia tidak pernah sadar bahwa perilakunya itu salah, prilakunya mengganggu diri dan lingkungannya, atau tidak sesuai dengan adat dan budaya setempat, maka hampir dapat dipastikan bahwa orang tersebut mengalami gangguan jiwa, dalam hal ini gangguan kepribadian (personality disorder).
Gangguan kepribadian ini banyak jenisnya, misalnya: schizoid, paranoid, antisocial, borderline, narsis hinggan obsesivge compulsive. Orang yang suka menipu atau terus terusan menipu secara berulang ulang dikenal juga dengan compulsive liar personality disorder juga banyak ditemui di masyarakat, dan sayangnya orang dengan masalah ini bukan disarankan untuk berobat (terapi), tetapi sering malah dikucilkan. Keadaan seperti ini bukannya membuat dia “taubat” dengan perilaku menipunya, malah dia akan terus menerus menipu sebagai bentuk pertahanan dirinya.
Gangguan ini akan sulit diobati jika orangnya sendiri tidak sadar dengan keadaannya atau tidak percaya dengan terapistnya, hal ini sering terjadi pada penderita gangguan kepribadian paranoid, yang memang “dari sononya” sangat susah untuk percaya kapada orang lain. Pun demikian, bukan berarti gangguan gangguan ini tidak bisa diobati, tetapi memang butuh sikap saling dukung antara si penderita, keluarga dan lingkungannya.
Jika tidak diterapi, memang gangguan ini umumnya tidak membunuh si penderita seperti penyakit kanker, tetapi bisa membuat kualitas hidupnya menurun, dan yang paling penting dapat mengganggu aktivitas dan interaksi sosialnya. Sangat sering ditemui penderita gangguan keprobadian ini akhirnya mengalami kegagalan rumah tangga (broken home), bermasalah di tempat kerja, dan sebagainya.
Jadi sebelum semua masalah ini muncul satu persatu, gak ada salahnya untuk mencari therapist dari sekarang bukan?
Post a Comment