Wisata Halal Aceh, Halalnya Gak Ada Lawan
Melihat sharing hasil pengumuman
pemenang wisata halal indonesia atau Halal tourism Indonesia yang diumumkan
tadi siang, tangan saya langsung gatal pingin ngetik dan berkomentar ria di
blog ini. Padahal hari ini saya buat rekor nulis di blog sampe empat biji
(sebagiannya pesan sponsor, hehe). Meski Aceh hanya menang di tiga kategori,
tapi hal itu cukup membanggakan, mengingat begitu banyak PR pariwisata yang
harus dibenahi di Naggroe tercinta ini. Jelasnya silakan baca tulisan
saya sebelumnya: Wisata Halal Aceh
Berdasarkan pengumuman tersebut,
Aceh menang di kategori "Airport Ramah Wisata Muslim Terbaik" yaitu
bandara Sultan Iskandar Muda di kampung ureung syiek lon di Blang
Bintang, #bangganya. Kedua Aceh menang di kategori "Destinasi Budaya Ramah
Wisatawan Muslim Terbaik", yaitu provinsi Aceh sendiri, dan yang terakhir
adalah kategori "Daya Tarik Wisata Terbaik" yaitu Mesjid Raya
Baiturrahman. Sedangkan kategori "Hotel Keluarga Ramah Wisatawan Muslim
Terbaik" yang sejatinya diwakili oleh Hermes Hotel, harus mengkui
keunggulan hotel Rhadana di Bali. Dari segi rasio, Aceh bisa dibilang unggul,
karena hanya mengusulkan empat kategori yang saya sebutkan diatas, dan tiga
diantaranya berhasil menang, bandingkan dengan NTB yang mengusulkan hingga 14
kategori (kalau gak salah), dan hanya menang empat :). Jadi hasil usaha
kawan-kawan di GenPI Aceh dengan
mutar-mutar kesana kemari untuk minta warga agar mem-vote kategori yang ada
perwakilan Aceh, terbayar sudah, makasih ngen.
Bagaimana dengan pemenang yang
lain? Sila tengok sendiri di tabel berikut.
Kesimpulannya, dari 15 kategori
yang dperlombakan, Aceh berjaya di tiga kategori. NTB dan sumatra Barat
masing-masing dapat empat, Jawab Barat dapat dua, sedangkan Bali dan Jakarta
Selatan masing masing dapat satu. Harus diakui, NTB dan Sumbar adalah saingan
yang paling berat, mengingat kesiapan mereka dalam menyelenggarakan pariwisata
yang sudah mereka bentuk sejak lama. Sedangkan kita di Aceh baru yesterday
afternoon (Baroe seupot maksudjih) terjaga dari teungeut yang berkepanjangan.
Sebutlah karena konflik selama 28 tahun, atau teungeut karena kebanyakan
piep lakoe bakong? Wallahu a'lam.
Intinya, amanah tiga biji itu
jangan membuat kita jumawa, sekali lagi masih banyak sekali PR yang harus kita
benahi (kalau gak patis, sekali lagi baca tulisan saya sebelumnya)
#maksamodeon. Kedepan kita harus berpikir bagaimana mengalahkan sumbar dengan
kuliner rendangnya dengan kuah beulangong atau sie reuboh, kita harus kalahkan
Ayam Taliwang Moerad sebagai kuliner halal khas daerah dengan timphan, seupet,
pret, teupoe, bahkan kalau perlu leugok juga masuk kedalam, saya yakin itu
semua jius lebih halal. Han pateh? Harus pateh, begitu kata bang
Joni.
Ka sep
dilee, ka abeh batre.
#thelightofaceh
Post a Comment