Tjut Meutia Memang Tidak Berjilbab!
Ilustrasi Potret Tjut Meutia |
“Aceh
itu seksi, ada yang aneh sedikit pasti heboh”, begitu kata seorang
kawan yang berkunjung ke Aceh beberapa waktu lalu. Dan ternyata
perkataanya itu benar adanya. Seksi disini bukan merujuk pada anggota
tubuh manusia, tapi bermakna menarik, padahal kalau dipikir lebih
bijak, hal yang tiba-tiba seksi itu biasa saja. Sebut saja ketika ada
orang main judi atau mabuk kemudian di cambuk di depan umum, dunia
heboh,korang-koran Barat melaporkan itu sebagai pelanggaran HAM,
sebagian koran di Jakarta juga ikut latah melaporkan hal yang serupa,
adahal orang Aceh biasa saja. Ketika dulu ada peraturan “aneh”
dari seorang walikota yang MENGANJURKAN agar perempuan tidak duduk
ngangkang saat dibonceng di sepeda motor, lagi lagi di Jakarta heboh,
padahal lagi-lagi di Aceh, bahkan di kota dimana anjuran itu dibuat,
biasa-biasa saja. Iya, namanya saja seksi, hal biasa bisa jadi sangat
luar biasa.
Sejak
pemerintah mengumumkan adanya uang baru, dimana ada beberapa
ilustrasi potret beberapa pahlawan nasional dipajang disana, publik
kembali heboh, ada yang bilang foto -foto pahlawan nasional di uang
baru tersebut bermata sipit, alaias mirip orang Tionghoa. Bahkan ada
yang langsung bisa mendeteksi adanya gambar lambang PKI disana, apa
benar? Hanya mereka yang tahu, saya hingga sekatang belum pegang
uangnya.
Nah,
yang lebih menarik, di salah satu lembaran uang baru tersebut,
tergambarlah ilustrasi potret Tjut Meutia, atau lengkapnya Tjut Nyak
Meutia. Orang Jakarta menyebutnya dengan Cut Mutiah (pakai H di
ujung), dan ini dengan dinamakannya sebuah mesjid di jalan Cut
Meutiah dengan nama mesjid Cut Meutiah. Entah bagaimana huruf H ini
bisa masuk ke nama beliau, hanya mereka yang menulis nama jalan
tersebutlah yang tahu. Tapi yang pasti, nama ini merujuk ke Tjut Nyak
Meutia yang kami orang Aceh kenal.
Satu-satu potret Tjut Nyak Dhien yang dunia punya. |
Nah,
yang heboh dari ilustrasi protret Tjut Meutia di uang seribu yang
baru ini adalah beliau tidak memakai jilbab. Ya, tidak memakai
jilbab. Dan buat sebagian orang Aceh, hal ini tidak bisa diterima,
karena katanya ini bertentangan dengan budaya Aceh. Karena memang
“katanya lagi” dalam sehari-hari orang Aceh itu yang perempuan
“selalu” berjilbab. Jadi sekali lagi, buat sebagian orang, potret
beliau di uang ini tidak mencerminkan budaya Aceh. Sebaliknya, ada
juga yang mencoba mengkorfirmasi ke keluarga beliau kalau memang Tjut
Meutia tidak berjilbab, jadi gimana dong?
Menurut
hemat saya, tidak ada seorangpun yang masih hidup saat ini pernah
melihat atau bertemu dengan Tjut Nyak Meutia saat beliau masih hidup,
dengan kata lain, tak seorangpun yang tahu bagaimana rupa dan
kebiasaan beliau berpakaian saat itu. Termasuk, yang pasti tidak
pernah tahu wajah beliau adalah orang yang menulis ilustrasi wajah
beliau yang kemudian dicetak dalam uang seribuan tersesbut. Nah,
kalau kita gak pernah tahu bagaimana bentuk dan roman wajah beliau,
tidak tahu dengan pasti apa yang beliau kenakan sehari-hari atau saat
bertempur di medan perang, kenapa kita harus ribut?
Pun
kalau ada klaim yang bilang Tjut Meutia Tidak Pakai Jilbab, saya juga
sangat setuju dengan hal ini, karena jilbab baru belakangan kita
kenal. Dari foto-foto orang Aceh zaman dahulu yang pernah saya lihat
di perpustakaan Leiden (yang kini banyak di wiki common), memang
orang perempuan Aceh saat itu tidak memakai jilbab, tetapi tetap
menutup kepala (aurat) mereka dengan kain kerudung yang dalam bahasa
Aceh kita sebut dengan ija sawak. Almarhumah nenek saya juga
dulu saat beliau masih hidup tidak pernah memakai jilbab, tapi
menutup aurat dengan Ija sawak. Jadi sekali lagi, baik Cut
Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Ratu Safiatuddin, Sri Ratu Naqiyatuddin,
Teungku Fakinah, hingga laksamana Malahayati, saya yakin tak
seorangpun dari perempuan-perempuan perkasa dari Aceh ini yang
memakai jilbab, tapi saya yakin mereka menutur aurat mereka dengan
ija sawak. Itu saja.
Nah,
bagaimana dengan uang seribu dimana foto Tjut Nyak Meutia tidak ada
jilbabnya? Kalau anda pegang uangnya sekarang, dan anda merasa tidak
nyaman dengan hal tersebut, tinggal anda gambar saja pakai pensil
selembar ija sawak yang menutup kepala beliau, nanti pas uangnya mau
dipakai buat belanja, tinggal dihapus saja lagi gambar ija sawak
tadi, jeut meunan?
Post a Comment