Menjadi Pelanggan Listrik di Jerman yang Gampang-Gampang Susah
Kalau kita mau menjadi pelanggan listrik PLN di Indonesia, maka jalur yang biasanya kita tempuh adalah mendatangi PLN untuk meminta sambungan, membayar sejumlah uang yang ditetapkan, dan kadang kala harus membayar uang tiang, jika kebetulan rumah kita jauh dari jalan raya atau belum ada jalur listriknya. Setelah persyaratan tersebut dipenuhi, biasanya ada orang PLN yang datang untuk memasang, dan kadang disini juga kita harus membayar biaya kedatangannya, setidaknya dengan segelas kopi. Selesai listrik terpasang, kita bebas manggunakan, dan setiap akhir bulan, kita harus membayar tagihan ke PLN, jika telat, siap siap dapat denda dan jika tidak juga mampu membayar tagihan, siap siap listrik diputuskan, setidaknya begitulah keadaan saat kita menjadi pelanggan listrik secara konvesional.
Akhir akhir ini, sistim listrik pra-bayar juga semakin marak, dan juga semakin digandrungi, khususnya mereka yang tinggal di rumah kontrakan, sehinggan tidak terlalu ambil pusing saat mau pindah rumah atau saat masa kontraknya sudah habis. Resikonya hanya jiwa pulsanya sudah habis dan belum membeli sempat membeli voucher baru, maka siap siap mendengar teriakan si meteran yang datang setiap jam, hingga pulsa listrik diisi kembali.
Nah, bagaimana dengan ngurus listrik di Jerman?
Di tempat saya tinggal saat ini di Berlin, saya menggunakan listrik pasca bayar seperti di Indonesia umumnya, tapi yang membedakan adalah proses pendaftarannya, pembayaran dan pemutusan listriknya, sangat berbeda dengan diindonesia.
Tidak seperti di Indonesia dimana listrik dimonopoli oleh perusahaan negara, dalam hal ini PLN, di Jerman listrik diurus oleh swasta. Sehinggan untuk menjadi pelanggan listrik, kita boleh memilih provider yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita, sama seperti memilih provider telekomunikasi. Provider provider swasta ini berlomba lomba "angebote" yang berbeda-beda sehingga tarif yan diberikan juga berbeda dan bersaing satu sama lain.
Mendaftar
Jika diindonesia kita harus datang saat hendak mendaftar dan membayar, di Jerman semuanya bisa dilakukan secara online. Saat saya pindah ke rumah kontrakan baru di kawasan Kreuzberg, maka yang pertama sekali harus saya lakukan adalah mendaftar di dinas catatan sipil, selanjutnya berlangganan listrik, air dan sebagainya. Internet juga bisa didaftar secara online. Pendaftaran listrik kemarin kami lakukan dari rumah, kita tinggal menyebutkan alamat kita tinggal, nomor seri meteran listrik, serta rekening bank, dimana tagihan langsung dipotong dari rekening kita.
Hampir setahun berlangganan, saya belum pernah mendatangi, bahkan kantor provider listrik sayapun tidak tahu, yang saya tahu hanya tiap akhir bulan, uang direkening saya di potong. Satu satunya kewajiban saya adalah melaporkan berapa kwh listrik yang saya pakai perbulan, dan itu juga bisa saya laporkan secara online di website provider tersebut.
Namun, sekembali saya ke Berlin, setelah beberapa bulan melakukan penelitian di Indonesia, saya mendapati surat dari provider tersebut, yang meminta saya melaporkan pemakaian, dan jika tidak, tagihan sebanyak 1000 euro lebih (sekitar 15 juta) akan di potong dari rekening saya. Mendapatkan surat tagihan ini, tentu saja membuat saya kaget, dan esoknya langsung saya ke alamat pelayanan konsumen propvider tersebut yang tertera ke surat tagihan saya.
Saya membawa surat serta foto pemakaian KwH yang tertera dimeteran.
Tiba disana, saya harus mengambil nomor antrian, dan setelah setengah jam menunggu, akhirnya nomor antrian saya muncul di display. Saya di masuk ke sebuah bilik dan diterima dengan ramah oleh seorang wanita paruh baya. Dalam Bahasa Jerman, saya menjelaskan duduk perkara, serta menyerahkan surat yang saya terima. Dia membaca dan mengambil nomor pelanggan saya untuk dicocokkan dengan data di komputernya. Dia hanya minta foto meteran pemakaian terakhir, sedangkan uang saya yang sudah terlanjur ditarik akan dikembalikan ke rekening saya. Tidak banyak diskusi apalagi perdebatan antara saya dengan si mbak yang saya lupa namanya tersebut. Sekitar 15 menit kemudian saya urusan saya selesai, saya pamitan dan segera ke mesjid Indonesia, berhubung hari itu hari jumat dan shalat Jumat akan segera dilaksanakan.
###
oh Iya, meskipun tagihannya cukup banyak, dan jikapun sempat dipotong dari rekening saya, hal ini sama sekali tidak saya takutkan, karena prinsipnya disini, jika kita tidak menggunakan sebanyak yang dipotong, maka uang kita akan dikembalikan. Hal ini pernah dialami kawan saya yang tiap bulan dia membayar secara transfer, dan pada akhir tahun setelah dihitung oleh pihak provider bahwa pembayarannya melebihi pemakaian, uang lebih tersebut dikembalikan ke rekeningnya, bagaimana dengan Indonesia?
Satu hal lagi, jika di Indonesia kita kerap berhadapan dengan padamnya listrik, sehingga sering membuat alat alat elektronik kita rusak, dan PLN tidak mau tahu dengan hal itu, hal ini tidak akan terjadi di Jerman. Pun jika terjadi pemadaman, biasanya lebih dahulu dimumumkan (biasanya karena maintanance) dan jika saat pemadaman ini membuat peralatan elektronik kita rusak, pihal penyedia listrik akan menggantikan kerugian kita.
##
Beberapa hari kemudian, saya menerima email dari perusahaan tersebut, katanya uang yang sudah terlanjur dipotong akan dikembalikan ke rekening saya. Wah, enak ya :)
Berlin 12.06.14
Ditulis sambil nunggu antrian di vattenval
Disini lagi buka puasa malah mati lampu.. hmm
ReplyDelete