Postingan Pertama di 2018 - Menginap di Rumah Sakit Zainal Abidin Aceh
Pendaftaran Rawat Inap RSUDZA |
Tersadar, rupanya saya belum punya satu postinganpun di tahun 2018 ini, walau tahun ini sudah memasuki bulan ke-2. Banyak alasan sebenarnya. Pertama sibuk dengan kerjaan offline, kedua ortu dirawat di RS, ketiga banyak kerjaan ofline lagi, eh. Intinya enggak sempat online karena banyak kerjaan ofline, itu saja.
Seperti saya sebutkan diatas, salah satu alasan adalah karena mamak dirawat di Rumah sakit, tentunya karena sakit. Awalnya beliau pulang Umrah sudah sakit, Eh, dua hari menjelang pulang sudah sakit. Tiba di Bandara langsung dibawa ke rumah sakit daerah. Tiga malam di opname disana tidak ada perkembangan, si mamak tetap lemas dan ya masih sakit, belum lagi diagnosanya belum jelas karena memang perlengkapan atau peralatan untuk pemerinksaannya beum lengkap. Meski belum sembuh, mungkin karena rindu sama cucu, sudah minta pulang. Saya juga kaget ketika diberitahu sudah dibawa pulang. Padahal menurut saya, belum cukup syarat untuk keluar dari rumah sakit
Seminggu di kampung, keadaanya tidak berubah, malah tambah parah, tidak sanggup makan, lemas, pusing, sakit kepala, tidak sanggup buka mata, dan sebagainya. Kalau dibuat diagnosa medis, beliau punya "vertigo", "cephalgia", "gastritis", saya juga curiga "hipertensi", karena ceritanya pas di Mekkah, tensinya pernah 190 mmHg. Cuma karena tidak ada tensimeter, saya tidak bisa memastikan. Karena keadaanya begitu terus, saya putuskan untuk saya bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Zoenal Abidin (RSUDZA), rumah sakit rujukan provinsi yang ada di Aceh. Karena saya yang bawa, tidak ada keluarga yang protes, karena kali ini keputusannya di tangan saya. (Kadang anak pertama punya hak prerogatif lebih, khususnya masalah kesehatan, hehe).
Tiba di Rumah Sakit, mamak langsung saya bawa ke IGD. Setelah diperiksa, dugaan saya benar semua. Beliau punya cephalgia, vertigo, hipeternsi dan kayaknya juga dehidrasi, meski tidak ditulis di status diagnosanya. Pemeriksaan EKG juga dilakukan, tapi alhamdulillah tidak ada kelainan di jantung. Sekitar 4 jam observasi di IGD, mamak di masukkan ruang rawat kelas I. Alhamdulillah 30 tahun lebih beliau bayara asuransi askes, kini bisa menikmati hasilnya. Di rawat sendirian di ruangan, tidak perlu gabung-gabung dengan pasien lain. Meski kadang saya rasa ini tidak fair, tapi sistem inilah yang dibuat pemerintah Indonesia. Seharusnya kan semua pasien dirawat sendirian, bukan di sal. Tapi takutnya pasien juga pada enggak mau pulang, karena di kelas atau VIP kan sangat bagus layananannya. Harap diingat, ini bukan untuk membeda-bedakan pelayanan, tapi emang begitu sistemnya ya. (eh, sama aja)
Malamnya beliau di CT-scan cyto. Hasil CT scan keluar esoknya, dan hasilnya katanya dicuigai ada massa di cerebellum, sedangkan yang lain semuanya normal. Tapi karena CT scan ini tidak menggunakan kontrast, akhirnya dokter saraf menganjurkan untuk di CT scan sekali lagi dengan kontrast, biar hasilnya lebih jelas. Tapi untuk CT scan ini baru bisa dilakukan minggu depan. Jadinya selama seminggu mamak hanya diperbaiki masalah yang sudah diketahui sebelumnya; masalah hipertensi, maag, dehidrasi, demam, vertigo dan cephalgia. Beliau juga diberikan obat anti ansietas, alprazolam 0.5 mg ternyata, biar bisa tidur mungkin.
Keadaannya makin membaik dari hari kedua, tapi di hari ketiga, keadaan kembali drop, dan ternyata oh ternyata, penyebabnya adalah karena phlebitis di tempat pemasangan infus. Karena sebentar bentar ke kamar mandi (kan dapatnya diuretik untuk anti hipertensi, jadinya sebentar-bentar kencing), jadinya bengkan deh di tempat pemasangan infus, sayangnya kami kurang perhatian. Setelah tempat pemasangan infus diganti ke tangan sebelah, keadaanya kembali membaik. walau belakangan tangan ini juga kembali bengkak, faktor usia ternyata mempengaruhi cepat lambatnya timbul phlebitis. Karena bengkak lagi, saya minta dipasng three-way saja, sedangkan cairan bisa masuk lewat oral karena memang mamak sudah sanggup minum. sejak saat itu, keadaan makin baik.
Setelah hasil CT scan pakai kontral hasilnya keluar, dan ternyata ditemukan adanya hematoma di cerebellum, tapi untuk ini beliau bisa rawat jalan, sehigga akhirnya kemarin beliau bisa pulang.
Ini pengalaman yang cukup menarik setelah sekian lama saya enggak ke RSU, biasanya selalu mondar mandir ke RSJ, beda peminatan sih. Dan saya lihat pelayanan di RSUZA ini cukup bagus, jauh berbeda saat saya masih mondar-mandir dorong pasien 15 tahun yang lalu. Sistem pelayanannya makin professional, walau kadang ada oknum individu yang suka tidak "open" dengan peraturan dan misi yang dibuat, masih betah dengan status quo.
Well, itu saja postingan pertama untuk tahun ini, semoga rajin nge-post. Eh, itu akun steemit gimana ya? :)
Post a Comment