Pertama Sekali Ke Luar Negeri: Belanda
Pertama kali ke Belanda saya naik KLM pake Boeing 747-400 lho :) |
Pertama sekali ke luar negeri, kamu ke negara mana?`kalau saya langsung ke Eropa, tepatnya Belanda. Kenapa Belanda? karena studi. Terus kenapa studi ke Belanda? karena beasiswanya dapat dari sana. Ya tepatnya dari univesitas dimana saya balajar, Maastricht Universiteit. Awalnya karena bosan dan ingin naik pesawat plus jalan-jalan ke luar negeri, saya harus hunting beasiswa sendiri via Internet. Haris diingat kalau beasiswa saat itu enggak sebanyak sekarang, dan informasinya hanya tersedia via internet atau website kampus. Kalau beasiswa yang mainstream seperti DAAD (jerman) Aminef (US) AUSAID (Australia) atau Stuned (Belanda) itu saingannya banyak sangat, dan dengan kemampuan bahasa Inggris saat itu, dipastikan saya tereliminasir dari awal. Tahu dari mana? karena pernah coba, dan enggak pernah dapat response. Kasian kan.
Mendarat di Amsterdam, langsung ke Maastricht |
Nah, cara lain ya gitu, saya iseng kirim email ke uni mana saja yang ada informasi beasiswa di website universitasnya. Ingat itu tahun 2007 ya, saat internet belom se booming sekarang, saat medsos hanya frienstrer dan yahoo mail masih jadi pilihan utama, dan google belum apa-apanya, apa lagi youtube.
Nah, setelah kirim email kesana kemari, saya juga dapat banyak balasan, umunya sih nolak, ngasi tahu enggak ada beasiswa, atau ngasi tahu kalau saya enggak kualified. Tapi ada juga yang balas kasi LOA nya saja, sambil nyuruh cari beasiswa sendiri atau nyuruh daftar beasiswa mainstream seperti saya sebutkan diatas. Semua jawaban itu saya senyumin saja. Bagi saya, email dibalas saja sudah senang, karenan berarti mereka paham bahasa Inggris saya. Dan email saat itu belum banyak spam nya, jadi kalau ada email masuk, biasanya dari orangnya langsung, dan tentunya kayak kita terima surat atau paket sekarang, diterima dengan hati senang.
Belanda itu selalu ngangenin |
Dan akhirnya, ada juga Maastricht Universiteit membalas sambil mengatakan bahwa beasiswa tersedia dan saya harus medaftar segera, kerana deadlinenya sudah lewat seminggu. Senangnya bukan main, padahal pastipun enggak, tapi nekat saja. Tiap malam saya lengkapi persyaratan yang mereka minta, seperti foto, bukti kemampuan bahasa Inggris, dan sebagainya.
Dan setelah hanya dua minggu persiapan, mulai dari info kalau saya diterima dan disediakan beasiswa setelah tiba disana, hingga selesai pengurusan visa, saya pun terbang ke Belanda, sendiri, untuk pertama sekali. Dan bingungnya minta ampun karena itu pertama sekali keluar negeri, belum paham apa itu visa, bagaimana urusnya, belum lagi bayar ini itu di bandara, akhirnya saya terbang juga. Dan modalnya hanya 20 juta saja, sepuluh juta uang sendiri, sepuluh juta di kasi nyanyak, sebagai modal kalau ternyata kuliahnya enggak jadi atau saya gagal, itu uang pulangnya.
Dan alhamdulillah saya tiba disana dengan selamat, undangan kuliahnya juga nyata bukan fiksi. Setelah sebulan belajar tentang budaya dan bahasa, saya resmi kuliah di sana, dengan beasiswa penuh dari univesitas, plus reimbursment tiket saya. Alhamdulillah.
Setelah setahun lebih dikit, gelar master berhasil saya peroleh. Ada tawaran untuk kerja disana, tapi saya milih pulkan, karena pliek u dan timphan itu hanya ada di Aceh. Kalau enggak pulang, mungkin anak saya udah made in Belanda ya? hehe
2007 anda sudah ke Belanda? saya baru aja kuliah S1
ReplyDelete