Sindrom metabolik Pada Penderita Skizofrenia di Indonesia
Terlepas dari kenyataan bahwa obat antipsikotik dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik (MetS), tingkat MetS pada pasien psikiatri di Indonesia jarang dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki prevalensi MetS di antara pasien rawat inap dengan skizofrenia di Indonesia.
Delapan puluh enam pasien psikiatrik rumah sakit dengan skizofrenia direkrut secara acak, dan menjalani pemeriksaan fisik termasuk tes darah. MetS dinilai berdasarkan kriteria International Diabetes Federation (IDF) untuk Asia Selatan.
Di antara sampel, hanya delapan pasien (9,3%) yang memenuhi kriteria IDF untuk MetS. Wanita memiliki tingkat MetS yang lebih tinggi daripada pria (23,8% vs 4,6%; p = 0,02). Mengurangi kolesterol high-density lipoprotein (HDL) adalah kelainan metabolisme yang paling sering (81,4%), diikuti oleh obesitas sentral (29,1%), peningkatan trigliserida (23,3%), peningkatan glukosa plasma puasa (12,8%), dan peningkatan darah tekanan (10,5%).
Di antara berbagai antipsikotik, tidak ada perbedaan dalam prevalensi MetS yang diamati pada populasi ini. Tingkat MetS di antara pasien rawat inap psikiatri dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat yang dilaporkan sebelumnya pada populasi umum dan untuk temuan di antara pasien psikiatrik dengan skizofrenia di negara maju. Beberapa faktor terkait dengan penurunan tingkat MetS pada populasi rawat inap psikiatris ini akan dibahas.
Paper Asli bisa dibaca disini: Sindrom Metabolik di Indonesia
Post a Comment