Dari Sampah Menjadi Harapan: Perjuangan Abdul Halim di Bireuen
Masalah sampah rumah tangga di Indonesia, termasuk di Bireuen, Provinsi Aceh, merupakan tantangan serius bagi masyarakat. Dalam era konsumsi yang semakin tinggi, jumlah sampah terus meningkat, mengancam lingkungan dan kesehatan. Namun, di tengah situasi ini, muncul sosok inspiratif yang berjuang untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, yaitu Abdul Halim.
Abdul Halim dan Bank Sampah (sumber instagram pst blangasan) |
Abdul Halim, pria berusia 30 tahun dari Kecamatan Kuta Blang, dikenal sebagai pahlawan dalam pengelolaan sampah. Melihat masalah sampah yang tak kunjung teratasi, ia merasa terpanggil untuk memberikan sumbangsih yang berarti. Masalah ini telah berlangsung lama di Bireuen, dan ketegangan antara masyarakat dan pemerintah daerah mengenai pemilihan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) semakin memperumit keadaan. Kondisi ini membuat Halim gelisah dan mendorongnya untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah di kota kelahirannya.
Perubahan bagi Abdul Halim dimulai ketika ia berpartisipasi dalam kunjungan kerja ke Surabaya bersama anggota DPRD Bireuen pada tahun 2019. "Saya mewakili LSM tempat saya bekerja dan sangat terkesima dengan pengelolaan sampah di Surabaya. Saya bertekad untuk menerapkannya di Bireuen," ungkap Halim. Kota Surabaya memang diakui sebagai pelopor dalam pengelolaan sampah di Indonesia, terbukti dengan penghargaan Adipura Kencana yang diterimanya. Surabaya memiliki Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan yang mengelola 5–6-ton sampah per hari.
Setelah kembali ke Bireuen, Halim memfokuskan perhatiannya pada Desa Blang Asan, yang mengalami masalah serius dengan sampah. Dalam kondisi di mana sampah berserakan di jalanan dan selokan, ia melakukan pendekatan dengan perangkat desa untuk menciptakan solusi. Pada awal tahun 2020, Halim mulai mendampingi Pemerintah Desa dalam pengelolaan sampah yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Asan Jaya.
Meski awalnya banyak warga yang skeptis, Halim tidak patah semangat. Ia aktif melakukan sosialisasi dan membentuk kelompok pengolah sampah. Berkat kerja kerasnya, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah meningkat, dan lingkungan desa pun mulai membaik. Dari total 110 kepala keluarga di Blang Asan, sekitar 60 kepala keluarga berpartisipasi dalam pengelolaan sampah ini.
Pada tahun 2021, Halim menginisiasi Bank Sampah Asri di Blang Asan. Bank ini berfungsi sebagai tempat untuk mengumpulkan dan mengolah sampah menjadi barang bermanfaat, seperti pupuk kompos dan kerajinan tangan. "Masyarakat bisa menabung sampah bernilai, yang hasilnya dapat digunakan untuk membayar retribusi sampah," jelasnya.
Halim juga berkolaborasi dengan komunitas perempuan di Dusun Geudong Teungoh untuk membangun Bank Sampah, menekankan pentingnya pengelolaan sampah berbasis komunitas. Dengan pendekatan ini, masyarakat lebih terlibat dalam proses pengelolaan sampah.
Usaha Abdul Halim mendapat pengakuan melalui Satu Indonesia Award 2021 dalam kategori Lingkungan, berkat kontribusinya yang signifikan terhadap pengelolaan sampah. "Apresiasi ini membuka banyak peluang jaringan dan ide kreatif untuk keberlanjutan program," ujarnya.
Kisah Abdul Halim menunjukkan bahwa perubahan dapat dimulai dari langkah kecil. Dengan komitmen dan kerja keras, masyarakat dapat diubah untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah. "Pengelolaan sampah adalah tanggung jawab kita bersama," tegasnya, berharap semakin banyak desa yang berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah. Melalui langkah-langkah ini, Halim membuktikan bahwa kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dapat dimulai dari komunitas lokal.
Post a Comment